B. Perlunya Program BKPBI
Melalui layanan BKPBI, diharapkan penyandang tunarungu dapat mendeteksi
bunyi, mengidentifikasi bunyi, mendiskriminasikan bunyi, dan pada akhirnya
memahami bunyi, baik bunyi alat-alat musik, bunyi latar belakang, dan sifat-sifat
bunyi maupun bunyi-bunyi bahasa. Oleh karena itu materi-materi BKPBI non
bahasa selayaknya dikaitkan dengan unsur-unsur pembentukan bahasa, khususnya
pada aspek fonem dan konsonan (segmental) dan irama, tempo, cepat-lambat,
jeda, dan intonasi (suprasegmental)
Materi Bina Komunikasi Persepsi dan Irama dikembangkan sesuai dengan daya
dengar anak tunarungu walaupun anak tidak menggunakan ABM. Latihan harus
tetap diberikan bagi anak yang tergolong tunarungu sangat berat. Materi BKPBI
tersebut mencakup :
1. Bunyi latar belakang
2. Berbagai macam sifat bunyi di sekitar kita baik bunyi hewan, alam,
maupun bunyi yang diciptakan manusia.
Materi dalam BKPBI sebaiknya sesuai dengan metode yang sesuai. Menurut
Boskosumitro, metode BKPBI di antaranya adalah :
1. Belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar. Bermain merupakan
suatu kegiatan yang sukar dipisahkan dari masa kanak-kanak, maka dalam
suasana bermain diharapkan anak akan tumbuh rasa senang.
2. Metode pemberian tugas adalah suatu kegiatan melakukan tugas atas
petunjuk dari guru, di mana anak diberi rangsangan yang perlu direspon
15 dengan perbuatan tertentu seperti melakukan gerak yang sudah ditentukan,
bicara, dan sebagainya.
3. Metode demonstrasi adalah metode di mana anak diminta menirukan atau
mencontoh gerakan dari guru seperti: menirukan katak melompat, burung,
atau kupu-kupu terbang, petani mencangkul, dan sebagainya.
4. Metode observasi atau pengamatan terhadap respon atau perbuatan anak.
Dengan cara ini, guru dapat mengamati kemudian menilai reaksi anak.
Pelaksanaan BKPBI tidak boleh terlepas dari pembelajaran wicara. Oleh karena
itu pemilihan metodenya pun sebaiknya dikaitkan dengan metode yang digunakan
di dalam pembelajaran wicara. Metode yang sangat sesuai adalah metode
pemberian tugas dan demonstrasi. Dengan menerapkan metode ini diharapkan
anak memperoleh pengalaman dan penghayatan lewat suatu proses penemuan
sendiri.
Program BKPBI secara ringkas isinya mencakup tiga taraf penghayatan bunyi
yang berjenjang mulai dari taraf penghayatan bunyi yang terendah sampai dengan
yang paling tinggi. Taraf penghayatan bunyi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Taraf Penghayatan Bunyi Latar Belakang
Bunyi latar belakang adalah bunyi-bunyi yang disengaja ataupun tidak
disengaja dan terjadi di sekitar kita. Bunyi latar belakang mencakup : 1)
Bunyi-bunyi alam seperti angin, hujan, gemericik air, benda jatuh, 2)
Bunyi-bunyi binatang seperti burung berkicau, anjing menggonggong,
kuda meringkik, 3) Bunyi-bunyi yang dibuat oleh manusia seperti : musik,
tangisan, tertawa, teriakan, bunyi kendaraan.
2. Taraf Penghayatan Bunyi sebagai Isyarat atau Tanda
Bunyi-bunyi semacam ini, memanggil atau mendorong orang untuk
menyesuaikan diri terhadap suatu situasi tertentu seperti : bunyi bedug
sebagai tanda waktu sholat bagi umat Islam, bunyi lonceng sebagai tanda
16 untuk berdoa bagi umat Kristen, bunyi bel sebagai tanda waktu sekolah
mulai istirahat atau usai.
3. Taraf lambang bunyi yang tertinggi adalah penghayatan bunyi bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, meliputi dua
bidang, yaitu sebagai berikut : 1) Bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap
manusia, berfungsi sebagai lambang dari arti yang terkandung di
dalamnya, 2) Arti atau makna yang tersirat atau terkandung di dalam arus
bunyi tadi.
Adapun pendekatan yang digunakan yaitu:
1. Pendekatan multisensoris (visual, auditoris, taktil kinestesis/pengalaman
kontak) sedikit demi sedikit menuju pendekatan unisensoris atau eka
indera artinya hanya menggunakan indera pendengaran saja.
2. Pendekatan klasikal maupun individual
3. Pendekatan BKPBI aktif, yaitu siswa secara aktif menciptakan bunyi dan
direspon sendiri. Pendekatan pasif maksudnya siswa menyimak bunyi
yang diproduksi oleh orang lain dan kemudian meresponnya
4. Pendekatan formal artinya direncanakan/diprogramkan dan tak formal
artinya tidak direncanakan jika terjadi bunyi secara tiba-tiba.
Posting Komentar
Posting Komentar